TRIBUNGAYO.COM, BANDUNG – Seniman rupa kenamaan Indonesia Abdul Djalil Pirous (AD Pirous) menyatakan menerima dengan tulus undangan menyampaikan pidato kebudayaan dalam rangka Kongres Peradaban Aceh II (KPA II) di Kampus ISBI Aceh di Jantho, Aceh Besar.
Namun karena kondisi kesehatan, Pirous kemungkinan menyampaikan pidatonya secara streaming.
“Saya dengar dan saya terima dengan tulus,” jawab Pirous yang tanggal 11 Maret ini genap berusia 92 tahun.
Undangan menyampaikan Pidato Kebudayaan di pembukaan KPA II disampaikan Rektor ISBI Aceh Prof Dr Wildan, MPd yang langsung menemui Pirous di Serambi Pirous Studio Galeri di Bandung, Jumat (8/3/2024).
Rektor datang didampingi salah seorang pengarah KPA II Ir Fikar W Eda, M.Sn dan Kabag Humas ISBI Aceh Ichsan, MSn.
“Doakan saya. Saya semangat, semoga dimudahkan Allah,” kata Pirous.
Pirous tampak bersemangat dan terus menyala ketika membincangkan Aceh. “Tapi kondisi fisik saya, terutama sejak dua bulan terakhir agak melemah,” katanya.
Pirous kemudian mengajak Rektor ISBI dan rombongan berkeliling melihat ruang pameran yg anggota memamerkan karya-karyanya.
Terkahir, sebelum berpisah, Rektor diajak ke ruang kerjanya di lantai atas.
Pada saat yang sama juga hadir dua tokoh Aceh, Prof TA Sanny dan Dr A Kamal Arif dan ikut mendorong sukses ya penyelenggaraan KPA II di ISBI Aceh.
Prof TA Sanny adalah guru besar ITB dan Kamal A Arif seorang arsitek dari ITB.
AD Pirous menyebut Jantho sebagai salah satu tempat yang terbaik di Aceh.
“Sekarang memang sepi, tapi sepuluh tahun mendatang, akan ada yang mengatakan beruntung mendapat Jantho,” ujar Pirous.
Abdul Djalil Pirous lahir 11 Maret 1932 di Meulaboh Aceh Barat.
Ia salah seorang seniman ternama Indonesia yang memberi tonggak besar dalam seni kaligrafi modern.
AD. Pirous perintis pendidikan desain grafis di Seni Rupa ITB dan pendiri studio seni dan desain bernama Decenta (1973-1983).
Dalam usia berkepala sembilan, Pirous masih terus melahirkan karya. “Masih tetap melukis,” lanjut Pirous.
Kepada Rektor ISBI Pirous memesankan agar terus menggali Aceh dalam setiap sisinya, terutama pendidikan.
“Pendidikan penting. Masukan unsur unsur kepribadian di dalamnya. Apa itu? Itu yang harus dicari.
Pendidikan bukan hanya harus ada, tapi juga harus benar,” pesan Pirous.(*)